Pemberdayaan Masyarakat dan Indeks Pembangunan Manusia. Hakekat Pembangunan Indonesia ialah Pembangunan Manusia. Kualitas  Manusia Indonesia memilih kemampuan daya saing bangsa Indonesia.   
 Sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan memerlukan peningkatan  produktivitas manusia.   
 
 Sejarah  dunia mengatakan ketersediaan sumber daya alam tidak otomatis sanggup  diterjemahkan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.Ketersediaan  sumber daya alam di suatu negara tidak berkorelasi dengan pencapaian  Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi.
  
 
 Perbandingan kontras 
  Dua  Korea: Korea Selatan yang miskin sumber daya alam tetapi mempunyai  kualitas sumber daya insan yang tinggi; sebaliknya Korea Utara yang  lebih kaya sumber daya alam tetapi masih ndeso dalam tingkat  kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia.
  
 
 Indonesia  dan Nigeria: keduanya merupakan negara produser minyak dan mempunyai  penduduk besar. IPM Indonesia tahun 1980 ialah 0,423, lebih tinggi dari  IPM Nigeria, 0,378. Pada tahun 2011 IPM Indonesia meningkat menjadi  0,617, sementara Nigeria gres 0,459.
  
 
  Karena  itu fokus untuk pembangunan insan menjadi sangat penting. Pemerintah  mempunyai kesepakatan serius memperhatikan problem pembangunan manusia. Ini  ditunjukkan mulai dari alokasi anggaran, dimana pos-pos terkait  pembangunan insan menjadi prioritas, dan pelaksanaan banyak sekali kegiatan  di lapangan. Selain itu, Wapres melaksanakan koordinasi upaya  pembangunan insan melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan  Kemiskinan (TNP2K) yang meliputi klaster 1, 2, dan 3 serta melalui  Komite Pendidikan.
  
 
 Dalam  menilai keberhasilan upaya pembangunan manusia, kita perlu ukuran yang  jelas, dipakai secara konsisten, serta sanggup diperbandingkan antar  waktu dan antar negara. Tanpa ukuran yang konsisten, kita tidak tahu  apakah upaya yang dilakukan efektif atau tidak.
  
 
 Indeks  Pembangunan Manusia (IPM, atau Human Development Index, HDI) yang  dikembangkan oleh UNDP selama ini dipakai sebagai sebuah ukuran untuk  mengukur kemajuan baik di tingkat negara (internasional) atau tingkat  tempat (antar provinsi atau kabupaten). Tidak ada ukuran yang sempurna;  semuanya mengandung kelebihan dan kekurangan.
  
 
  Indeks Pembangunan Manusia
 Indeks  yang dikembangkan oleh UNDP ini terdiri dari 3 komponen utama (sub  indeks) yang dianggap menggambarkan kualitas hidup insan yaitu:
  - Indeks pertama yaitu kesehatan memakai angka impian hidup pada waktu lahir.
  - Indeks kedua yaitu pendidikan memakai rata-rata usang sekolah  untuk penduduk yang berusia 25 tahun ke atas dan angka impian usang  sekolah (expected years of schooling). Dalam metodologi yang gres UNDP  membagi indeks usang pendidikan dalam dua sub indeks: (i) usang pendidikan  penduduk yang berumur 25 tahun ke atas; (ii) ekspektasi usang pendidikan  penduduk usia muda. Sub indeks yang pertama menggambarkan keadaan  kualitas insan kini – dan merupakan potongan dari kebijakan masa  lalu; sementara indeks kedua menggambarkan keadaan kedepan kalau  kebijakan pendidikan kini dipertahankan. Pada dekade yang akan  datang, investasi sumber daya insan kini akan mempengaruhi sub  indeks yang pertama di masa yang akan datang. 
  - Indeks ketiga ialah indeks pendapatan per kapita. UNDP memakai  pendapatan per kapita yang dikonversi dengan kurs PPP dan dinyatakan  dalam harga konstan tahun 2005. Komponen ini dipengaruhi oleh laju  pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk dan inflasi.
  
  Cara UNDP menghitung indeks masing-masing komponen di atas ialah sebagai berikut:
  
 
 Indeks Komponen= (Nilai Pencapaian Suatu Negara-Nilai Terendah)
                                          (Nilai Tertinggi-Nilai Terendah)
  
 
 IPM dihitung dengan memakai rata-rata geometris dari seluruh indeks komponen, sebagai berikut:
  IPM = 3√ (Indeks Kesehatan × Indeks Pendidikan × Indeks Pendapatan)
 
   
 
  
 
  Perkembangan Indikator Harapan Hidup
 Indeks  Kesehatan yang memakai indikator impian hidup dipengaruhi oleh  faktor kesehatan dan gizi dan bahkan kualitas lingkungan. Gambar 1  mengatakan bahwa terjadi perbaikan yang signifikan dari angka impian  hidup Indonesia.
  
  Perkembangan Indikator Harapan Hidup Indonesia 1980 – 2011
  
   Sumber: Human Development Report – UNDP, 2011
  
  Benarkah IPM Indonesia mengalami penurunan?
 Tidak  benar bahwa IPM Indonesia mengalami penurunan, baik dalam nilai otoriter  maupun berdasarkan peringkat, dengan memakai metode perhitungan yang  konsisten. Artinya perhitungan IPM memakai metode sama antar waktu  dengan jumlah negara yang sama pula. IPM Indonesia meningkat dari 0,423  (1980) menjadi 0,617 (2011). Gambar 2 mengatakan tren nilai IPM  Indonesia dari tahun 1980 sampai 2011 dengan memakai metode  perhitungan yang konsisten.
  
  
                         Gambar 2. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, 1980 - 2011
  
                                                    Sumber: Human Development Report – UNDP, 2011
  
  PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA 
   Dengan  memakai metode perhitungan yang konsisten peringkat IPM Indonesia  antara tahun 2006-2011 naik dua peringkat. Sementara antara 2010 - 2011,  IPM Indonesia naik satu peringkat dari urutan 125 menjadi urutan 124.  Dibandingkan dengan kelompok negara-negara yang setara, pencapaian IPM  Indonesia kurang lebih sama. Bahkan dibandingkan dengan beberapa negara  Asia Timur, laju pertumbuhan IPM Indonesia hanya kalah dibandingkan  dengan Cina.    
  
 
  Mengapa IPM kita masih rendah dibandingkan negara lain?
 Rendahnya IPM kita disebabkan oleh:
  - Indeks kesehatan yang masih rendah.
  - Kondisi pendidikan penduduk usia 25 tahun ke atas masih rendah  akhir kondisi awal tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang rendah.  Ini membutuhkan setidaknya dua dekade untuk memperbaiki.
  - Pendapatan per kapita yang masih rendah relatif terhadap negara lain.
  
  
 
  Bagaimana prospek IPM Indonesia ke depan?
 Indonesia mempunyai prospek yang besar untuk meningkatkan IPM di masa yang akan tiba kalau mampu:
  - Memperbaiki kesehatan dasar.
  - Mewujudkan impian usang sekolah menjadi kenyataan.
  - Mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi.
  - Kondisi kesehatan dasar diperlukan akan mengalami perbaikan sejalan dengan kegiatan Jamkesmas dan SJSN.
  
  Sementara ekspektasi usang  waktu sekolah meningkat secara tajam sejalan dengan peningkatan alokasi  anggaran pendidikan yang dibarengi dengan intervensi pemerintah dari  sisi usul melalui Program Keluarga Harapan dan Program Beasiswa.  Ekspektasi usang waktu sekolah Indonesia termasuk salah satu tertinggi.  Fakta mengatakan pula bahwa Indonesia ialah satu dari 15 negara di  dunia yang berhasil mempertahankan laju pertumbuhan lebih dari 6 persen  selama 30 tahun terakhir.
  Mengapa angka agregat harus diinterpretasikan secara hati- hati?
 Kenaikan  IPM secara nasional belum tentu menggambarkan kenaikan IPM di seluruh  tempat secara merata. Disparitas pembangunan insan antardaerah di  Indonesia masih cukup besar. Misalnya, IPM DKI Jakarta sangat berbeda  dengan IPM Provinsi Papua. Bahkan disparitas yang besar sanggup terjadi di  dalam satu provinsi. Contohnya, di Provinsi Papua Barat, terlihat  perbedaan mencolok antara IPM Kota Sorong dan Kabupaten Raja Ampat  (Gambar 3).
  
  
  
  
  
keterangan warna :    biru muda : IPM Kab/Kota
  merah       :  IPM Propinsi
  biru tua     : IPM Nasional
  
  Disparitas  antar wilayah di dalam suatu negara juga terjadi di negara-negara lain  yang tergolong emerging markets, termasuk di Cina. Gambar 4 mengatakan  IPM Indonesia yang telah memperhitungkan ketimpangan tidak berbeda jauh  dengan negara-negara lain. Intinya, disparitas bukan merupakan fenomena  yang unik untuk Indonesia.
  
  Gambar 4. Indeks Pembangunan Manusia yang Disesuaikan Dengan Ketimpangan di Beberapa Negara, 2011 
   
   
  Sumber: Human Development Report – UNDP, 2011    
  Bagaimana kaitan IPM dengan tingkat Kemiskinan?
 Secara  langsung, tidak ada kaitan antara IPM dengan kemiskinan lantaran variabel  kemiskinan tidak masuk dalam perhitungan IPM. Tetapi profil kemiskinan  mengatakan bahwa tingkat impian hidup keluarga miskin lebih rendah  dari keluarga bukan miskin. Hal yang sama juga berlaku untuk tingkat  pendidikan.
  
 
 Tidak  mengherankan kalau kemudian analisis kuantitatif mengatakan bahwa  variabel-variabel kesehatan yang mempengaruhi tingkat impian hidup dan  stok pendidikan di dalam suatu keluarga memilih probabilitas suatu  individu keluar dari perangkap kemiskinan. 
 
 
  (sumber :  TNP2K )