Monday, June 25, 2012

Meningkatkan Pemberdayaan Dengan Perihal Saling Membutuhkan


Cara Meningkatkan Pemberdayaan Dengan Wacana Saling Membutuhkan : Pemberdayaan ::: Adalah hal luar biasa yang menjadi biasa kalau seorang walikota menjadi tokoh sentral dalam sebuah acara peresmian.




Kita patut berbangga bahwa sejumlah kegiatan PNPM-Perkotaan melalui upaya dan kerja keras BKM di Kota Bengkulu menyerupai halnya Posyandu di Kelurahan Dampingan Tim 5 (BKM Kelurahan Tengah Padang) dan kegiatan lainnya mendapat apresiasi dari pejabat teras Pemerintahan Daerah Kota Bengkulu. Demikian pula yang terjadi saat Walikota Bengkulu Drs. H.Ahmad Kanedi, SH,MH, atau lebih dekat disapa Bang Ken meresmikan Puskeskel RT 9 Kelurahan Pekan Sabtu.


    Pada acara yang digelar Senin, 17 Juli 2012 di areal Poskeskel RT 9, turut hadir sejumlah tokoh Pemerintahan Kota Bengkulu, diantaranya Sekda Kota dan Kepala Dinas Depag Kota, serta abdnegara penting lainnya, termasuk dari Kecamatan Selebar, Polsek Selebar dan Koramil Selebar. Kegiatan ini semakin mempunyai makna bagi segenap warga RT 9 dan Kelurahan Pekan Sabtu sebab adanya kegiatan KB gratis dari BKKBN, berobat gratis dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan, kegiatan donor darah PMI berhadiah paket bingkisan dari Honda sebab bekerja sama dengan FIF yang juga turut berpartisipasi, sehingga dalam satu hari tersebut kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan seperti terpenuhi sesudah sekian usang menunggu realisasi yang tiap tahun diusulkan melalui Renta Kelurahan dan Renta Kecamatan sebagai cuilan rencana kerja Bappeda dan pemkot namun belum pernah diwujudkan.
 
       Adalah bidan Eva yang mengusulkan adanya pos khusus permanen di RT 9. Perlu diketahui bahwa lokasi RT 9 yaitu areal perkebunan sawit yang berbatasan eksklusif dengan Kelurahan Sukarami, di mana warganya tinggal di dalam pelosok areal perkebunan tersebut. Selama ini bidan Eva melaksanakan kegiatan investigasi kesehatan ibu dan anak di sebuah warung berwujud gubuk seadanya yang terbuat dari materi kayu dan atap rumbia. Bidan Eva yaitu warga RT 11 Kelurahan Pekan Sabtu yang melaksanakan kegiatan investigasi kesehatan rutin 2-3 kali seminggu, dan telah beberapa kali mengusulkan pos permanen investigasi kesehatan di RT 9 melalui Kelurahan dan bahkan melalui Dinas Kesehatan, namun belum mendapat balasan yang benar-benar bisa memenuhi kebutuhan warga RT 9.

     Kesulitan warga RT 9 yaitu sebab jarak tempuh mereka yang jauh dari Puskesmas Kelurahan Pekan Sabtu, dan bahkan mereka lebih banyak berobat ke Puskesmas Betungan. Ketua RT 9 yang juga menjadi Ketua Panitia Penyambutan yang ditunjuk oleh Kelurahan dalam kata sambutannya memberikan bahwa dengan adanya pos ini, diperlukan sanggup meminimalisir biaya transportasi dan juga mempercepat waktu dalam proses tindakan kesehatan kepada warga yang bermasalah dengan kesehatan.

     Poin penting yang menjadi sorotan yaitu peranan Bapak Suparmin, warga RT 9 yang mengikhlaskan tanahnya untuk dijadikan tempat pendirian pos. Bukan hanya itu, ia juga menghibahkan 1 kapling tanah miliknya untuk dijadikan tempat pembangunan mesjid, sebab di tempat itu tidak ada tempat ibadah. Kurang lebih 90 KK warga beribadah ke tempat yang lebih jauh, yaitu ke pusat Kelurahan Pekan Sabtu, Kelurahan Betungan bahkan Kelurahan Sukarami. 

       Maka, perihal saling membutuhkan antar pihak di RT 9 menjadi informasi nyata yang sanggup dijadikan pola bagi warga kelurahan lain yang melaksanakan kegiatan yang sama. Warga RT 9 membutuhkan pos kesehatan yang layak sebagai tempat mereka mendapat perlakuan dan tindakan kesehatan, Bidan Eva membutuhkan tempat yang layak sebagai tempatnya melaksanakan kegiatan investigasi terhadap warga, Pihak Kelurahan dan warga Pekan Sabtu umumnya membutuhkan keduanya dalam rangka memfasilitasi pembangunan Kelurahan yang aman dan layak sebagai cuilan dari lingkungan mereka, dan BKM Kelurahan Pekan Sabtu mengakomodir kebutuhan tersebut sebagai pemegang peranan dalam realisasinya. Artinya, kolaborasi antara warga, pihak kesehatan dan pemerintahan setempat berjalan sesuai dengan koridornya. Dengan dana BLM I 2012 sebesar Rp 20.000.000,- dan pemanfaat eksklusif (warga PS dan warga non PS 2) lebih dari 90 KK warga RT 9, ditambah warga Kelurahan Pekan Sabtu yang berbatasan dengan RT 9, demikian pula warga Kelurahan Sukarami yang berbatasan dengan RT 9, hadirnya pos ini menjadi sangat penting dalam menanggulangi problem kesehatan, kesehatan ibu hamil, kesehatan ibu dan anak, dan juga menanggulangi problem pengeluaran keluarga, menyerupai yang tercantum dalam tujuan MDG’s. 

      Salah satu wujud dorongan kolaborasi lintas kelurahan dan lintas BKM yaitu hadirnya sejumlah Kepala Kelurahan di Kecamatan Selebar, menyerupai Karnadi S.Sos, dari Pagar Dewa, Saipul Anwar S.Sos, dari Sukarami, dan lainnya. BKM Pekan Sabtu juga diberikan kepercayaan oleh pihak Kelurahan untuk mengundang BKM lain di Tim 3, sehingga hadir pula perwakilan BKM Kelurahan Betungan yaitu Ibu Diana, Susilawati, Nyimas Atika dan Mik Gustina. BKM Kelurahan Pagar Dewa yaitu Bapak Sirat Iskandar, BKM Kelurahan Jalan Gedang Bapak Mardan Siregar, BKM Kelurahan Dusun Besar yaitu Ibu Sustrawati dan Bapak Budiarto. Beberapa BKM lain tidak sanggup menghadiri acara sebab bermacam-macam kesibukan. Terlepas dari itu, BKM Kelurahan Pekan Sabtu ingin menunjukkan bahwa kegiatan ini yaitu kegiatan multi dukungan, tidak sanggup dilakukan oleh satu pihak saja. Bagaimana Bapak Suparmin dengan nrimo merelakan tanahnya dihibahkan sebagai tempat berdirinya pos kesehatan tidak lepas dari upaya pemberdayaan dan dorongan kerelawanan BKM Pekan Sabtu melalui Lurah Kelurahan Pekan Sabtu, Bapak Sukamto. Hadirnya pengurus BKM Kelurahan lain juga menunjukkan bahwa mereka mendukung kegiatan nyata di Pekan Sabtu, dan bagi mereka momen ini menjadi pengalaman berharga yang bisa diaplikasikan di kelurahan masing-masing. Bahwa kreatifitas dan penemuan tidak bisa dipenjarakan oleh selembar kertas berwujud RAB, namun bagaimana caranya biar RAB bisa mengakomodasi kebutuhan itu akan lebih baik (analogi yang disampaikan oleh Bapak Sahbandar BKM Pekan Sabtu dan Bapak Mardan Siregar dari BKM Jalan Gedang).

      Dalam kata sambutannya, Lurah Pekan Sabtu Bapak Sukamto memberikan apresiasinya atas kolaborasi antar pihak yang berada di Pekan Sabtu. Kerja sama menyerupai ini diperlukan tidak berhenti hingga di sini. Berdirinya pos kesehatan ini hanyalah awal dari tonggak kebersamaan, namun bagaimana pos ini berikut petugas di dalamnya bisa diberdayakan dan melayani kebutuhan masyarakat merupakan hal lain yang sangat penting. Hal ini berkaitan dengan fasilitas pelayanan, yang tentu saja membutuhkan dana dan perhatian yang tidak sedikit. Dengan impulsif ia meminta rencana kebutuhan yang sudah disiapkan oleh Bapak Sahbandar selaku Koordinator kolektif BKM Pekan Sabtu dan menyerahkannya eksklusif ke Bapak Walikota. Inti yang sama juga disampaikan oleh Korkot PNPM-Perkotaan Kota Bengkulu Bapak Dediyanto, S.Pt, bahwa kolaborasi ini membutuhkan perhatian dan biaya yang tidak sedikit, khususnya perhatian dari Pemerintah terhadap penyediaan fasilitas dan perhatian dari masyarakat dalam menjaga sarana dan prasarana yang sudah ada dan akan dilaksanakan lagi di Kelurahan Pekan Sabtu dan seluruh kelurahan Kota Bengkulu. Tahun 2013 diperlukan pemkot Bengkulu bisa menjaga komitmennya dalam mengucurkan dana pembangunan pro masyarakat kurang mampu.

         Pada dasarnya, cara mendorong semangat kerelawanan dalam hubungannya dengan pemberdayaan sanggup dilakukan dengan kolaborasi yang menguntungkan sebab saling membutuhkan, bukan kolaborasi yang membutuhkan sebab adanya laba (salah tidaknya kalimat ini silahkan dianalisa sendiri). Namun acara dan kegiatan yang membutuhkan multi proteksi haruslah diawali dengan keterbukaan hati dan pikiran, bahwa semuanya tidak akan terealisasi kalau semua pihak tidak saling mendukung. Semoga sosok dan kiprah Bapak Suparmin bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua, dan bagaimana Lurah Pekan Sabtu bersama dengan BKM Pekan Sabtu tidak berhenti berupaya dalam mendorong pemberdayaan biar lebih mempunyai arti dan manfaat bagi masyarakat di Kelurahan Pekan Sabtu juga pantas untuk diberikan apresiasi. 

disampaikan sebagai Best Practice Tim 3 



 

INFORMASI SEPUTAR PEMBERDYAAN TIM 3 DI BLOG

MEDIA INFO 

Mendorong Pemberdayaan Sejalan Dengan Aspek Proyek

 pemberdayaan ialah sebuah proses pribadi dan sosial Mendorong Pemberdayaan Sejalan Dengan Aspek Proyek
Menurut Robinson (1994), pemberdayaan ialah sebuah proses pribadi dan sosial, suatu bentuk pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak.


Bila mengacu pada konsep ini, pemberdayaan masyarakat sanggup diartikan sebagai suatu proses pengembangan diri pribadi dalam lingkungan sosial, demikian pula dengan lingkungan sosial itu, sehingga individu dan kelompok-kelompok sosial serta ragam interaksi dan dinamika didalamnya yang membentuk sebuah masyarakat dengan karakternya, sanggup mempunyai peningkatan baik dari cara berpikir, cara bertindak, cara berkomunikasi dan berinteraksi, demikian pula potensi yang dimiliki. Dengan demikian terjadi perubahan selama proses itu terjadi.



Mengapa harus mengambil teori dari Robinson ? Memang banyak pakar sosiologi dan pemberdayaan masyarakat yang menerapkan materi text book masing-masing dalam aplikasi di lapangan, namun paling tidak apa yang disampaikan oleh Robinson lebih mengena pada implementasi yang diterapkan di Tim 3. Mengapa demikian ? Karena, menyerupai yang pernah saya sampaikan dalam Pelatihan Dasar Fasilitator OC-2 Desember 2011 dan Pelatihan Penguatan Fasilitator Juni 2012 bahwa pendekatan sosial tergantung dari dinamika setempat, sehingga dibutuhkan waktu yang tidak sama dalam hubungannya dengan orientasi target. Bila penentuan sasaran terhadap semua kawasan disamakan, maka output yang dibutuhkan akan sama kejadiannya dengan program-program pemberdayaan yang sudah-sudah yang pernah dilakukan oleh baik pemerintah maupun forum pemberdayaan sebelumnya.

Pemberdayaan sebetulnya mempunyai banyak metode, dan Tim 3 mencoba menemukenali serta melaksanakan review terhadap sejumlah metode, baik yang pernah dan sedang dilakukan oleh Tim 3 sendiri atau lembaga-lembaga pemberdayaan sebelumnya, maupun yang belum sempat atau bahkan tidak pernah dimunculkan di lapangan. Melihat kondisi masyarakat dan dinamika di dalamnya, ragam metode tadi sangat penting dilakukan dengan fleksibel, alasannya ialah satu hal yang patut kita pertimbangkan ialah kita tidak bisa memaksakan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang diinginkan, walaupun sebetulnya kita berharap segala sesuatunya sanggup berjalan dan terealisasi menyerupai yang diinginkan.

Bahasa menemukenali dan melaksanakan review terkesan teoritis dan seolah formal, namun bahasa itu perlu ditekankan meskipun pelaksanaannya di lapangan belum tentu menyerupai itu. Mengapa demikian ? Karena intinya dinamika itu tidak konstan, selalu berubah-ubah, dan berjalan seiring keadaan. Artinya, dengan menemukenali dan review metoda, penerapannya sanggup dilakukan sesuai dengan kebutuhan program, sehingga dengan demikian diharapakan dualisme aspek jadwal yaitu sisi pemberdayaan dan proyek bisa sejalan.

Topik ini sengaja kami angkat sebagai best practice, sebagai tanggapan positif terhadap adanya opini yang tidak terang sumbernya, yang menyatakan Tim 3 main terabas saja dalam penentuan acara BLM. Hal ini juga menjadi materi pertanyaan kami ke seluruh pengurus BKM dampingan Tim 3 dan beberapa KSM yang pernah dan sedang melaksanakan acara sehubungan realisasi BLM I dan planning realisasi BLM 2 2012. Ini terang sangat penting bagi Tim 3, khususnya dalam hal memperbaiki kinerja dan juga mempererat relasi dan kolaborasi Tim 3 dengan BKM-KSM Kelurahan Dampingan Tim 3, demikian juga kolaborasi lintas BKM di wilayah kiprah Tim 3. 

Dalam sejumlah pertemuan dan proses pendampingan yang dilakukan oleh SF, Fasilitator CD dan Fasilitator Ekonomi Tim 3 baik dalam pembuatan proposal, pembuatan LPJ, penentuan lokasi acara sesuai Bappuk Renta 2012 dan Renta PJM 2012-2014 dengan BKM-KSM maupun pegawanegeri kelurahan, kami dengan sengaja mengutarakan ini sebagai materi pembicaraan non formal. Hal ini sengaja kami jadikan materi dialog atau diskusi non formal alasannya ialah dengan situasi begini, pengurus BKM dan pegawanegeri kelurahan merasa lebih santai dan lebih terbuka dalam berpendapat dan memberikan pendapat.

Keterbukaan ialah salah satu kata kunci yang menjadi peranan penting dalam komunikasi pemberdayaan. Saya mengistilahkan komunikasi pemberdayaan alasannya ialah berdasarkan saya dan kami Tim 3 bahwa jenis komunikasi itu banyak, tergantung jenis, jenjang, wilayah dan pelaku komunikasi itu. Artinya, tidak ada kesan ketertutupan sebagaimana kebiasaan yang terjadi di lingkungan birokrasi. Apalagi jikalau interaksi vertikal atasan dan bawahan, pemerintah dan masyarakat, interaksi ini bahkan lebih birokratif. Bisa jadi pengurus BKM malah lebih sering menganggukkan kepala meng’iya’kan instruksi dan isyarat daripada mengutarakan pandangan dan balasannya malah melaksanakan kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan.

Sebagai contoh, dalam diskusi Tim 3 yang dilakukan Fasilitator CD, Fasiliator Ekonomi dan Senior Fasilitator dengan Koordinator BKM Gedang Bersatu Bapak Mardan Siregar dan Lurah Jalan Gedang Bapak Herzi mengenai jadwal rehab rumah BSPS-Menpera tanggal 11 Juli 2012 lalu, dalam waktu 2 hari seluruh hal administratif harus selesai mengenai usulan peserta manfaat jadwal rehab hingga tuntas di tahun 2012 ini. Secara prinsip organisasi, sudah terang siapa pelaku di lapangan dan kepada siapa koordinasinya. Namun kesulitan waktu dan pelaksanaan input yang menjadi hambatan utama mereka untuk sanggup mengejar tenggat sasaran yang diberikan oleh Bappeda Kota Bengkulu membuat Tim 3 membuka diri.  Dalam situasi itu, tercetus wangsit mengembangkan kiprah dengan fasilitator. Bapak Lurah bantu-membantu RT dan BKM turun pribadi dalam update data dan foto, sedangkan input data dikerjakan bersama dengan fasilitator. Target balasannya sanggup dikejar dalam 2 hari sesudah input data dilakukan dalam 1 malam dan 1 hari. 

Hal yang perlu disampaikan adalah, bahwa dengan keterbukaan dan kebersamaan segala hal bisa dilakukan dengan cepat dan mudah, tentunya dengan koridor yang telah ditentukan. KETERBUKAAN DAN KEBERSAMAAN BISA MEMINIMALISIR KENDALA LAPANGANKeluh kesah dan keterbukaan BKM serta Bapak Lurah dalam kondisi informal ternyata bisa diselesaikan secara bantu-membantu jikalau keterbukaan itu disambut dengan keterbukaan pula.

Inovasi dan kreatifitas merupakan kata kunci lain dalam memaksimalkan pemberdayaan dalam hubungannya dengan orientasi sasaran proyek. Sebagai contoh, berdasarkan hasil diskusi di lapangan dengan Bapak Budiarto selaku UPL BKM Danau Indah Kelurahan Dusun Besar, mereka berupaya kreatif dan inovatif dalam mengerjakan acara rehab rumah BLM I 2012 meskipun detil-detil RAB sangat membatasi. Ada komponen-komponen yang sangat penting dalam pengerjaan rumah, baik dari sisi kualitas dan eksotisnya, namun ternyata tidak muncul dalam RAB.Untuk mengatasi itu, UPL dan KSM setuju untuk menekankan pentingnya kemanfaatan yang berkualitas meskipun rincian dananya secara tertulis kemungkinan besar tidak bisa mengakomodir itu secara maksimal. Ternyata hal ini diberlakukan tidak hanya untuk acara rehab rumah, namun seluruh acara lain yang sedang berlangsung. PEMBERDAYAAN ITU MEMBUTUHKAN INOVASI DAN KREATIFITAS,TIDAK TERPENJARA DALAM KERTAS.


Kerja sama ialah bab dari kebersamaan. Kerja sama ialah kata kunci selanjutnya dalam mendorong pemberdayaan. Dalam pendampingan pembuatan LPJ oleh Fasilitator CD, Fasilitator Ekonomi dan SF Sabtu 13 Juli 2012, tepatnya malam ahad di rumah saya, terungkap sejumlah gosip seputar BLM, acara PNPM-Perkotaan maupun di luar itu. Pendampingan LPJ itu sebetulnya untuk mengakomodasi kebutuhan manajemen acara BLM BKM Kelurahan Sukarami dan Pagar Dewa. Tapi siapa sangka BKM Kelurahan Dusun Besar dan Jalan Gedang juga ikut nimbrung . Adalah sebuah pujian dan kesukaan tersendiri bagi saya dikala rumah dan sekaligus posko alternatif Tim 3 dikunjungi oleh tokoh-tokoh BKM, apalagi jikalau kunjungan itu tidak melulu mengenai pelaksanaan kegiatan, tapi justru mengungkapkan ide-ide dan terobosan yang lebih membangun. 

Dalam pertemuan informal itu disepakati secara mulut mengenai planning kerja inovatif dan kreatif yang tentunya membutuhkan kerja sama. Bapak Mardan menunjukkan gerobak KUGERBAS yang dibinanya kepada masyarakat di bawah lingkup BKM lain, dan disambut positif oleh BKM Sukarami, Pagar Dewa dan Dusun Besar. Mereka akan menindaklanjuti usulan itu dengan mengusulkan calon peserta manfaat tidak lagi melalui dana BLM, tapi pribadi kepada KUGERBAS. BKM Kelurahan Dusun Besar menunjukkan planning Tabot Expo BKM Tim 3, dan juga disambut positif oleh yang lain. Melihat dinamika yang muncul, yang sebetulnya sudah kami rencanakan pada kegiatan-kegiatan sebelumnya, menandakan bahwa sebetulnya BKM dan masyarakat di dalamnya membutuhkan terobosan dan forum yang mengcover mereka di seluruh aspek humanisme yang bekerjasama dengan penanggulangan kemiskinan, atau lebih detil lagi yaitu membuat lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan. 


Sekali lagi, KERJA SAMA YANG DINAMIS BISA MENDORONG PENINGKATAN MUTU PEMBERDAYAAN, tidak hanya kolaborasi dalam lingkup BKM, tapi kolaborasi antar BKM, BKM dengan fasilitator dan dalam tim fasilitator itu sendiri. Ini menjadi sebuah pembelajaran buat Tim 3 untuk saling menguatkan dan melapisi. Membiarkan anggota BKM berdaya dengan upaya sendiri tentunya bukan hal yang bijaksana, apalagi jikalau melepaskan BKM mengerjakan anjuran dan progres LPJ dengan opini bahwa kiprah fasilitator hanya sebatas job description saja, selesaikan kiprah masing-masing (analogi dan persepsi yang disampaikan oleh Bapak Budiarto, sebagaimana mereka saling menguatkan dan melapisi) . Pemberdayaan ternyata tidak melulu hanya di kantor atau juga di sekretariat, tapi bisa di mana saja selama bisa memfasilitasi kebutuhan.

Mendorong kebersamaan itu susah-susah gampang. Tapi sebenarnya, jikalau ditanam dengan baik, mudah-mudahan yang dituai juga baik. Tergantung bagaimana setiap orang di dalamnya menanggapi dan menyikapinya. Ketidakbisaan untuk mendapatkan orang lain, sebetulnya bisa diatasi dengan keberanian untuk terbuka, mau bekerja sama, berani membuka komunikasi dan mau mengatasi perbedaan yang ada. Bagaimana kita mengatasi itu, demikian pula kita menerapkannya di lapangan. 


Bapak Mardan dan Bapak Budiarto serta Bapak Jarunadi dalam diskusi ringan di posko alternatif Tim 3 menyatakan, tidak penting siapa yang melakukannya, tapi lebih penting bagaimana prosesnya dan apa keuntungannya bagi orang banyak.


disampaikan sebagai Best Practice Juli oleh Tim 3

ARTIKEL SEPUTAR PEMBERDAYAAN TIM 3 DI BLOG