First Love Story (Karena Tak Semua Kisah Cinta Berakhir Bahagia)
Ini kisah perihal cinta pertamaku..
Entahlah, apakah perasaan ini layak disebut cinta atau bukan, yang niscaya perasaan itu masih ada melekat dengan kuatnya dihatiku..
Karena menurutku cinta memang tak terdefinisikan dan hanya bisa dirasakan.
Tahun 2002
Aku menyukainya jauh sebelum beliau mengenalku..
Kami dipertemukan di kota daerah kami menimba ilmu, saya sering berkumpul dengan teman-temannya, kadang kami berada di satu daerah yang sama namun tak pernah menyapa satu sama lain, mungkin alasannya beliau sedang asyik dengan kekasihnya ketika itu dan tak pernah menyadari kehadiranku.
Rasa itu kusimpan rapat dan kubiarkan mengendap didalam hati.
Tahun 2003
Ada sms dari nomor tak dikenal, saya melonjak kegirangan sesudah tahu pesan singkat itu dari beliau yang ingin berkenalan denganku dan ternyata beliau sudah putus dari kekasihnya.
Hari-hariku pun menjadi berbunga, kami bisa menghabiskan ratusan sms sehari untuk bercerita perihal hal yang bekerjsama tidak penting, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan lewat telephone semalam suntuk (saat itu ada provider gres yang promosi ratusan sms sehari dan nelpon gratis semalaman)
Aku tahu beliau menyukaiku, tapi kenapa beliau tak pernah mengatakannya pribadi kepadaku?
Aku mengetahui semua itu hanya dari temannya dan dari pesan singkat yang dikirimnya, bekerjsama saya ingin beliau menyampaikan itu dihadapanku, saya selalu menunggu beliau menyampaikan suka padaku tapi hal itu tak pernah terjadi.
Mungkin beliau menganggapku tak menyukainya sehingga beliau pun menjalin kasih dengan sahabatku.
Rasa itu kembali kusimpan dan kubiarkan mengendap didalam hati.
Dia dan temanku tak bertahan lama, entah kenapa perasaanku sangat senang ketika beliau kembali sendiri, tapi tak usang kemudian beliau bersama wanita lain lagi, akupun kembali kecewa.
Hal itu tidak mengurangi keakraban kami, walaupun tidak sedekat dulu lagi.
Rasa itu tetap kusimpan dan tetap kubiarkan mengendap dihatiku.
Tahun 2006
Akhirnya kami harus berpisah dan kembali ke kota masing-masing.
Komunikasi kami masih cukup baik, setidaknya saya masih tahu kabar tentangnya.
Kami sudah hidup dijalan masing-masing dan akupun sudah menjalin relasi dengan lelaki lain.
Rasa itu tetap ada dan masih mengendap dihatiku.
Tahun 2007
Berawal dari pertanyaan iseng melalui sms, “kapan kamu akan menikahiku?”
Aku kaget dengan jawabannya, beliau ingin supaya saya menunggunya menuntaskan pendidikannya dulu.
Sebenarnya saya sangat ingin mengiyakan.
Tapi menunggu beberapa tahun tanpa kepastian?
Lagipula daerah tinggal antara saya dan beliau sangat jauh dan tidak memungkinkan untuk bersama kecuali salah satu dari kami menyerah (saat itu saya tidak mau menyerah untuk hal ini)
Dan saya sudah memiliki kekasih! saya tak mungkin mengkhianati komitmenku.
Ah lagipula saya tidak tahu beliau serius atau cuma bercanda dengan ucapannya itu.
Akupun tak memikirkan hal itu lagi.
Rasa itu kucoba menghilangkan tapi tetap mengendap dihatiku.
Tahun 2009
Dia kembali!
Aku sudah bekerja di kota lain, beliau pun bekerja di kota yang tak jauh dari kota tempatku bekerja.
Kami memang tak pernah bertemu tapi masih berkomunikasi lewat situs jejaring sosial.
Rasa itu masih ada dan kubiarkan terus mengendap dihatiku.
Tahun 2011
Kami bertemu!
Ternyata kini beliau tinggal di kota yang sama denganku.
Hariku kembali berbunga.
Dia bisa membangkitkan hidupku yang gres saja mengalami kegagalan cinta.
Pernah saya berpikir jikalau beliau yaitu jodohku, dari sekian banyak kisah yang kami alami dan sekian tahun terpisah tapi balasannya dipertemukan kembali di suatu kota yang tak pernah kami pikirkan sebelumnya.
Aku sangat bahagia.
Aku kembali jatuh cinta dengannya.
Tapi itu tak berlangsung lama, ternyata beliau sudah memiliki kekasih.
Akupun berangsur-angsur menjauh alasannya tak ingin merusak kebahagiannya bersama wanita itu.
Sungguh hal itu sangat menyiksaku, saya tak sanggup menahan perasaan yang sudah usang kupendam.
Aku ingin mengakhiri perasaan itu, saya pun menyampaikan apa yang kurasakan padanya.
Aku tak ingin menerima jawaban atas perasaanku, saya hanya ingin meluapkan apa yang kurasakan dan berharap sanggup mengakhirinya.
saya tak ingin mencicipi penyesalan seumur hidup alasannya tak pernah menyampaikan perasaan pada orang yang kucintai.
Setidaknya itu sanggup mengurangi bebanku dan sanggup membuatku melupakannya.
Rasa itu semakin menyakitiku dan mengendap semakin dalam dihatiku.
Tahun 2012
Cinta pertama terlalu bagus untuk dilupakan.
Ya, saya takkan melupakannya.
Kami masih berteman baik, beliau masih ada disaat saya memerlukan seseorang untuk menyebarkan bebanku.
dan rasa cinta itu tak akan kuhilangkan, tetapi akan ku rubah menjadi rasa cinta dalam bentuk yang lain.
saya akan menyayanginya sebagai sahabatku.
Dulu saya menganggap kalimat “aku senang bila kamu bahagia” yaitu omong kosong, ternyata sesudah mengalaminya sendiri saya membenarkan kalimat tersebut.
Mengikhlaskan seseorang yang kita cintai menentukan kebahagiannya sendiri ternyata juga bisa menunjukkan kebahagiaan bagi kita.
Semoga saya pun bisa menemukan kebahagiaanku sendiri.
Rasa itu akan terkikis dan balasannya tak lagi mengendap dihatiku.
Karena tak semua kisah cinta berakhir bahagia.
EmoticonEmoticon