Friday, April 13, 2012

Artikel Perjuangan : Cara Mengatasi Problem Pembiayaan Ukm

Artikel Usaha Cara Mengatasi Masalah Pembiayaan UKM Artikel Usaha : Cara Mengatasi Masalah Pembiayaan UKM
Artikel Usaha : Cara Mengatasi Masalah Pembiayaan UKM ::: Peluang koperasi, perjuangan mikro, kecil dan menengah (KUMKM) untuk menjadi motor perekonomian dan industri kreatif dikala ini sangat besar. KUMKM berperan bagi industri kreatif untuk mengetahui arah dan tujuannya dalam sektor industri kreatif itu sendiri.



Hal ini tentu saja harus didukung oleh permodalan dan pembiayaan dalam menjalankan aktifitasnya, dimana kemitraan dengan forum atau instansi pembiayaan akan menyebabkan efek yang harus dipertimbangkan terhadap perkembangannya.PERAN koperasi, perjuangan mikro, kecil dan menengah (KUMKM) telah terbukti memperlihatkan pinjaman yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, demikian juga terhadap absorpsi tenaga kerja. Hal ini sanggup dilihat dari catatan sejarah wacana krisis ekonomi, baik pada 1997 maupun pada 2008, KUMKM merupakan sektor yang tidak terkena efek krisis. 



Salah satu yang menarik yaitu potensi dan peluang usaha UMKM yang ditunjukkan oleh keberadaannya sekitar 49,7 juta unit perjuangan pada 2007, dengan acara perjuangan yang meliputi hampir semua lapangan usaha, serta tersebar di seluruh tanah air. Pemberdayaan KUMKM merupakan sisi lain pemberdayaan masyarakat, yang akan mendukung peningkatan produktivitas, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat miskin. Kegiatan UMKM menyerap 96,8 persen dari seluruh pekerja yang berjumlah 80,3 juta pekerja. Kontribusi UMKM terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) pada 2007 sebesar 54,2 persen, dengan laju pertumbuhan nilai tambah 6,3 persen. Angka pertumbuhan tersebut melampaui laju pertumbuhan nilai tambah untuk perjuangan besar. Sementara itu, hingga selesai 2007, jumlah koperasi telah mencapai 132.000 unit, dengan anggota 27,3 juta orang.


Melihat database tersebut maka KUMKM sangat eksotis, seksi, dan menarik bagi kalangan forum pembiayaan mirip forum keuangan (bank dan nonbank-red.). Hanya, KUMKM menyerupai gadis kolot yang sangat polos, lugu, dan jujur, sehingga untuk pendekatannya pun perlu taktik dan taktik, baik strategi bisnis maupun taktik teknis yang sesuai dengan karakteristik KUMKM. Di sisi lain, KUMKM sebagai pelaku perjuangan memerlukan kehadiran forum keuangan untuk kepentingan modal kerja ataupun investasi.


Namun, alasannya terdapat keterbatasan di kedua belah pihak, jalinan korelasi baik antara keduanya sulit terjadi. Untuk itu, kedua belah pihak perlu menyamakan sudut pandang dan bahasa, semoga sanggup terjalin korelasi yang harmonis.


Dari sisi sudut pandang, terutama dikaitkan dengan prinsip prudential (kehati-hatian) forum keuangan. Hal ini harus sanggup dimengerti oleh KUMKM sebagai prasyarat utama yang disepakati bersama. Jika tidak maka tidak akan muncul trust (kepercayaan). Padahal, hal itu modal dasar dalam korelasi bisnis.


Biasanya forum keuangan menerapkan persyaratan tinggi untuk prinsip kehati-hatian ini, sehingga sulit untuk dipenuhi beberapa KUMKM terutama bagi yang belum bankable (layak dari sisi bank). Jika terjadi, KUMKM akan menuding forum keuangan arogan.

Dari sisi bahasa, KUMKM memiliki latar belakang intelektual yang berbeda dengan mereka di forum keuangan. Terkadang pemahaman bahasa menjadi hambatan terutama bahasa atau istilah-istilah dalam bidang keuangan. Komunikasi sebagai modal untuk menjalin korelasi baik, maka perlu dipakai bahasa atau istilah-istilah yang gampang dan dipahami oleh KUMKM.

Dikutip dari artikel Potensi dan Masalah Pembiayaan KUMKM-Heri Nugraha ( diposting oleh sentraukm)

Next

Related


EmoticonEmoticon