Kerelawanan merupakan salah satu kata kunci dalam pelaksanaan agenda pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini yaitu PNPM-Mandiri Perkotaan. Hal inilah yang menjadi faktor penentu keberlangsungan program, mulai dari awal sampai final berjalannya program.
Dengan kata lain, di tengah dualisme aspek agenda yaitu aspek proyek maupun aspek pemberdayaan dengan aneka macam stimulan di dalamnya, kerelawanan merupakan ujung tombak pemberdayaan itu sendiri, dan rasanya akan sangat berat kalau faktor kerelawanan ini dipinggirkan begitu saja dalam segala jenis aktivitas kemasyarakatan.
Dengan kata lain, di tengah dualisme aspek agenda yaitu aspek proyek maupun aspek pemberdayaan dengan aneka macam stimulan di dalamnya, kerelawanan merupakan ujung tombak pemberdayaan itu sendiri, dan rasanya akan sangat berat kalau faktor kerelawanan ini dipinggirkan begitu saja dalam segala jenis aktivitas kemasyarakatan.
Pada artikel ini tidak akan dibahas dengan detil mengenai contoh-contoh kerelawanan tersebut, lantaran lebih kepada perihal dan ajuan solusi alternatif. Pada artikel sebelumnya yaitu Pemberdayaan : Adakah Manfaat Pelatihan Sebagai Cara Meningkatkan Kapasitas Dalam Pemberdayaan Masyarakat telah disebutkan bahwa salah satu butir hambatan atau sebut saja stagnannya peranan dan semangat pemberdayaan dalam lingkup PNPM-Mandiri Perkotaan yaitu adanya kemunduran dalam hal kerelawanan. Dari hasil sejumlah diskusi dalam Pelatihan Penguatan Fasilitator OC-2 Propinsi Bengkulu, kemunduran atau berkurangnya semangat kerelawanan ini sanggup saja disebabkan aneka macam faktor, yang saya sebut menyerupai bulat setan, meskipun tidak semua masyarakat atau pelaku agenda kehilangan jiwa kerelawanan atau kepeduliannya, yang kemungkinan lantaran belum atau tidak terdeteksi sama sekali lantaran tidak pernah eksis ke permukaan, atau lantaran belum atau tidak tersosialisasi sama sekali kepada mereka, dimana tugas ini pada konsepnya yaitu tugas milik LKM/BKM bahu-membahu dengan aparatur kelurahan sebagai 'tuan rumah' masyarakat yang dimaksud.
Nah, mungkinkah ada yang salah dari ketidaktahuan, ketidakpahaman, ketidakeksisan itu dalam hubungannya dengan peranan kerelawanan ? Bisa jadi ya, sanggup jadi tidak. Namun pada dasarnya, hal tersebut mungkin sanggup menjadi indikator bahwa untuk mencari dan menemukan relawan, serta menemukenali ulang kerelawanan menurut aspek kondisi sosial dan dinamikanya, yaitu sebuah pekerjaan yang berat kalau tidak meletakkan keterlibatan kelompok-kelompok peduli didalamnya, dalam hal ini yaitu LKM/BKM, abdnegara kelurahan, tokoh masyarakat dan kelompok-kelompok masyarkat dalam porsi dan prioritas yang besar. Apalagi kalau tidak menyertakan komitmen, konsistensi, dan tanggung jawab yang proporsional sesuai dengan peranannya masing-masing.
Sekedar mereview beberapa aktivitas yang dilakukan oleh TIM 03 Korkot Bengkulu yang biasanya dilakukan dengan pendekatan konvensional, yaitu pendekatan dengan komunikasi kekeluargaan, kekerabatan dan pertemanan, ternyata cara untuk meningkatkan kembali semangat kerelawanan itu sanggup dilakukan kalau ditambah bumbu penemuan dan kreatifitas, dengan cara mendorong masyarakat dalam hal ini yaitu LKM/BKM untuk berani tampil dalam aneka macam kegiatan, baik itu aktivitas 'kecil-kecilan' menyerupai pelatihan-pelatihan internal atau kelembagaan, diskusi-diskusi formal dan sejenisnya, maupun aktivitas skala regional atau nasional. Tim 03 sendiri pada final tahun 2011 setuju mencanangkan tahun 2012 sebagai Tahun Terobosan Inovasi dan Kreativitas LKM/BKM (pencanangannya sih sebatas tim saja, namun sosialisasi dan aplikasi teknis di lapangan sarat dengan dorongan kreatif, dan secara implisit mendapat respon serius dari sejumlah LKM/BKM di wilayah TIM 03 sendiri meskipun tidak digembor-gemborkan secara 'wah').
Terobosan ini bahwasanya sangat sederhana, dimulai dari rapat keikutsertaan dalam event Pameran Seni dan Budaya Tabot Expo bulan November tahun 2011 lalu. Keberminatan dan ketertarikan itu sudah terlihat semenjak Tim 03 menelurkan wangsit itu, dan secara impulsif LKM/BKM menangkap warta itu secara positif dan pribadi membentuk kepanitiaan. Keikutsertaan dan partisipasi di Tabot Expo itulah yang memunculkan ide-ide gres lainnya mengenai eksistensi masyarakat melalui LKM/BKM untuk mau tampil lebih berani, lebih inspiratif, lebih kreatif untuk even-event selanjutnya.
Melalui sejumlah aktivitas yang sudah dilaksanakan berkaitan dengan partisipasi dan ekspresi dominan LKM/BKM serta masyrakat kelurahan dalam hal kerelawanan (Tabot Expo 2011, Pelatihan Fix Cost BKM-Relawan-Aparat Pemerintah di Wisma Loren, Rakor BKM 9 Kelurahan Dampingan Tim 03, Bengkulu Expo 2012, Arisan Bulanan dan Rakor Progres 9 BKM Dampingan), Tim 03 menangkap beberapa gejala, yaitu :
- Cara meningkatkan animo dan semangat partisipasi dari LKM/BKM sanggup dilakukan dengan pendekatan-pendekatan yang komunikatif dan sarat dorongan kreatif dan inovatif yang sanggup membuat LKM/BKM dan masyarakat kelurahan bukan hanya sebagai objek, tapi juga subjek.
- Bahwa bahwasanya penanggulangan kemiskinan ternyata tidak sanggup diselesaikan hanya dengan produk-produk infrastruktur semata, namun juga kesempatan untuk memperoleh peningkatan kesejahteraan melalui kegiatan-kegiatan ekonomi produktif dan usaha kecil yang berimbang dan merata, serta kesempatan untuk sanggup mendapatkan perlakuan dan penghargaan yang layak sehubungan dengan karya mereka, meskipun sangat sederhana.
- LKM/BKM dan masyarakat kelurahan tidak hanya membutuhkan dana bantuan, tapi juga dukungan moril, akomodasi usaha, pengemasan dan pemasaran produk yang sanggup mendorong peningkatan status sosial dan status ekonomi mereka. Sebagai contoh, pada even Tabot Expo 2011 dan Bengkulu Expo 2012, produk cemilan Peyek Pekan Sabtu dan strategi bisnis yang sanggup mengcover perjuangan kecil mereka untuk berani tampil.
- LKM/BKM dan masyarakat kelurahan sanggup menjadi satu potensi dan kesatuan yang kuat, kalau metode pendekatan, penempatan posisi tawar, keterlibatan mereka secara aktif dan tujuan serta manfaat yang ditawarkan memang mengena pada kebutuhan masyarakat yang secara bersamaan juga sanggup memenuhi keinginan-keinginan di dalamnya. Dengan kata lain, menempatkan mereka sebagai orang yang mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap eksistensi orang lain sanggup mengakibatkan mereka mempunyai keterbebanan untuk melaksanakan yang terbaik.
- Bagaimana dengan point of interest dari masyarakat skeptis ? Kalo itu mah, gak usah repot mikirin, toh mereka juga belum tentu mau repot-repot mikirin sekelilingnya, tul gak ? Namun, yang pasti, dikala momen-momen keterlibatan pelaku aktif dan (yang) masih mempunyai semangat kerelawanan berhasil dilewati dengan baik dan mempunyai hasil yang positif, pada akibatnya kelompok masyarakat skeptis akan sanggup mendapatkan kondisi dan segera menyadari, bahwa ini semua tergantung dari sikap masing-masing orang.
Kadang kala, banyak orang hanya sanggup menuntut namun belum tentu sanggup memberikan. Dan kadang-kadang pula sejumlah orang selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang paling pantas untuk mendapatkan perhatian yang lebih tanpa mau memperhatikan orang lain yang sanggup jadi lebih pantas untuk menerimanya. Kadang kala banyak orang hanya mencibir dikala orang lain melaksanakan hal-hal kecil dan sederhana, namun kadang-kadang pula sejumlah orang dipaksa harus mendapatkan kenyataan bahwa bahwa mereka yaitu orang-orang yang justru pantas dikasihani lantaran tidak melaksanakan apa-apa selain mencibir. Semoga review dan perihal ini sanggup menjadi ajuan solusi cara meningkatkan kerelawanan di wilayah dampingan, sederhana namun inspiratif.
EmoticonEmoticon